September 16, 2004

Sistem Informasi Manajemen untuk Mengembangkan Potensi Ummat

Spesialisasi kasus dalam sebuah Jamaah

Latar Belakang

Komunitas jamaah adalah sebuah kelompok yang diikat dengan rasa Ukhuwah Islamiyah, kesamaan keyakinan, prinsip atau aqidah. Sehingga dengan ikatan tersebut, satu kesamaan – homogenitas – yang bisa dipastikan adalah aqidah, sedangkan yang lain adalah heterogen. Baik profesi, status sosial, jenis kelamin, umur, ekonomi, dan lain sebagainya.

Dengan heterogenitas inilah sebuah jamaah memiliki beragam anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, yang saling ketergantungan, membutuhkan, dan sinergi satu sama lainnya.

Bicara mengenai potensi, akan jelas juga bahwa sekian banyak jamaah tersebut pasti memiliki berbagai macam potensi. Entah potensi tersebut kearah positif (membangun) atau negatif (merusak). Potensi positif dan negatif ini akan selalu bergesekan sebagaimana dalam masyarakat sesungguhnya. Tugas kita adalah bagaimana mengoptimalkan yang positif dan menimimalkan yang negatif. Sehingga kwalitas kehidupan jamaah menjadi lebih baik.

Potensi adalah kekuatan. Jika kekuatan-kekuatan yang ada dalam suatu jamaah terkoordinir dan terbina dengan baik, tentu dapat menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan dakwah.

Potensi-potensi dalam jamaah sangat beragam. Ada potensi bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang pertanian, bidang politik, dan lain sebagainya. Masing-masing bidang juga memiliki sub-sub bidang seperti ekonomi : ada potensi enterpreneur, potensi modal, potensi agrobisnis, potensi usaha, potensi produksi, potensi ekspor, potensi pasar, potensi kemiskinan dan lain-lain. Dalam pendidikan ada potensi guru, potensi tenaga ahli pendidikan, potensi teknologi pendidikan, dan sebagainya. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Masing-masing potensi ini memiliki cara pengembangan maupun penghambatan yang berbeda satu sama lainnya. Hanya saja, sebelum lebih jauh berbicara mengenai metode pengembangan, yang diperlukan terlebih dahulu adalah bagaimana caranya mengetahui potensi tersebut, dengan begitu banyak jamaah dan beragam potensi. Tentu bukan merupakan pekerjaan yang tidak mudah.

Peranan Sistem Informasi dan Manajerial

Teknologi Informasi (TI), sebenarnya dapat membantu memecahkan masalah ini. Dengan TI kita bisa dengan mudah memetakan potensi-potensi jamaah yang ada. Namun, seperti dalam sebuah sistem yang ideal, selain diperlukan sebuah aplikasi TI diperlukan juga dukungan manajerial sehingga tujuan yang diharapkan akan lebih mudah tercapai.

Dari sisi manajerial, kita harus memahami variabel apa saja yang mesti diketahui dari jamaah, sehingga dapat diketahui potensi yang ada atau tersimpan dalam dirinya. Bagaimana memunculkan, mengembangkan, mengoptimalkan, atau membina potensi tersebut sehingga dapat menghasilkan karya yang riil dan bermanfaat. Kemudian bisa dikembangkan dengan mengintegrasikan potensi tersebut dengan potensi-potensi jamaah yang lain, sehingga menghasilkan sebuah sinergi dan energi yang besar untuk pengembangan ummat.

Tentunya, untuk memetakan, mengembangkan dan mensinergikan potensi ini bukan suatu pekerjaan sederhana. Disinilah letak peranan TI, bagaimana menyederhanakan atau membantu mempermudahnya, sehingga proses pengembangan potensi jamaah ini menjadi lebih sederhana.

Karakteristik dan Fitur Sistem Informasi Pemetaan Potensi

Sistem Informasi untuk pemetaan potensi amat terkait dengan demografi. Sehingga diperlukan data jamaah yang lengkap, baik biodata, profesi, status, bakat, dan cita-citanya. Baru setelah itu, dibuat sistem yang mampu menyederhanakan mekanisme atau proses-proses rekapitulasi atau pendataan sehingga kita bisa lebih mudah mengetahui apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana potensi tersebut berada. Dari sini akan lebih mudah untuk mengambil keputusan, apa dan bagaimana yang harus dilakukan. Proses inilah yang dalam istilah TI disebut dengan DSS (Decision Support System).

Untuk mengetahui bagaimana sistem pemetaan dengan TI ini bekerja, saya akan menjelaskan atribut sistem ini mulai dari ‘apa’, ‘siapa’, ‘kapan’, ‘dimana’ dan ‘bagaimana’ sebuah potensi diolah dan dikembangkan. Sehingga kita bisa lebih jelas mengetahui apa kebutuhan dan hasil sistem ini jika dikembangkan.

Atribut ‘APA’ adalah mendifinisikan potensi apa sajakah yang ada dalam jamaah. Hal ini sangat terkait dengan atribut jamaah. Jika ingin menggali potensi bidang ekonomi, kita harus dilihat aspek-aspek eknonomi seperti produksi, perdagangan, distribusi, modal, dan seterusnya. Baru setelah itu kita gali informasi secukupnya dari jamaah yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut.

Jika ingin menggali potensi bidang pendidikan, kita bisa menggali informasi apa saja aspek potensi pendidikan yang bisa dikembangkan. Misalnya: teknologi pendidikan, ahli kurikulum, guru, donatur, leadership, manajemen, keuangan, da’i (pendakwah) dan lain sebagainya.

Setelah menentukan aspek-aspek tersebut, barulah kita membuat quisioner atau data isian. Data isian ini bersifat praktis, sehingga seorang jamaah tidak perlu memahami dari mana dan akan lari kemana tujuan isian tersebut. Mereka hanya mengetahui tentang formulir yang harus diisi. Misalnya untuk mengetahui potensi bidang pendidikan ada isian tentang pengalaman mengajar, cita-cita, harapan atau pandangannya ttg pendidikan, pengetahuan ttg teknologi pendidikan, dan lain-lain.

Yang kedua adalah ‘SIAPA’. Setelah mengetahui apa saja informasi yang akan masuk dalam quisioner, kita juga harus memetakan, siapa yang memiliki potensi tersebut. Siapa ini biasanya terkait dengan profesi, status, atau jabatan yang bersangkutan. Karena dari sini akan terlihat, apakah potensi tersebut telah sesuai dengan status yang ada sekarang atau memerlukan strategi khusus agar potensi tersebut bisa dioptimalkan.

Misalnya : ada seseorang yang memiliki potensi sebagai da’i. Tapi saat ini berstatus sebagai petani saja. Ada seseorang yg memiliki potensi untuk menjadi businessman, tapi saat ini masih bekerja pada orang lain. Dan seterusnya. Tahapan kedua ini, kita akan lebih mudah mengetahui, potensi mana yang tersembunyi dan potensi mana yang jelas terlihat (sudah tepat sasaran atau tinggal mengembangkan).

Tahap ketiga, adalah pembahasan tentang ‘KAPAN’ potensi tersebut ada atau bisa dikembangkan. Misalnya, ada seseorang yang memiliki potensi sebagai juru runding atau kehumasan. Tapi karena bekerja sebagai karyawan penuh, dia hanya memiliki waktu yang sedikit. Berarti harus ada jadwal khusus jika ingin memanfaatkan potensi ini.

Keempat adalah ‘DIMANA’ potensi tersebut berada. Hal ini berhubungan dengan masalah transportasi, apakah memungkinkan memanfaatkan potensi tersebut dengan lokasi jamaah yang ada sekarang. Khusus untuk aspek ini, kita bisa sediakan sebuah sistem informasi geografis, sehingga letak jamaah tersebut tidak sekedar dengan alamat yang tertera, tapi juga bisa dilihat secara geografis (di atas peta) secara otomatis.

Masalah terakhir adalah ‘BAGAIMANA’, yaitu bagaimana sistem ini dapat mengelola data yang ada tersebut sehingga menjadi informasi yang bermanfaat. Dalam sistem ini data tersebut akan disusun dan diproses sedemikian rupa, sehingga akan menghasilkan output yang sederhana. Misalnya, untuk mengetahui potensi bidang pendidikan atau dakwah, sistem akan membuat query dan perhitungan-perhitungan tertentu, sehingga hanya menampilkan mereka yang memiliki data-data yang berhubungan dengan potensi pendidikan yang akan tampil. Lalu masing-masing juga bisa diberikan atribut-atribut yang berhubungan, misalnya apa saja potensi tersebut, kapan waktu untuk mengembangkan potensi tersebut, dan dimana dia berada.

Kelima aspek inilah yang akan dapat menunjukkan kepada kita, seberapa dalam kita mengenal potensi jamaah kita. Jika kelima tahap tersebut tidak sepenuhnya bisa kita lalui, kita bisa mulai dengan yang sederhana, misalnya potensi profesi dahulu, sehingga potensi-potensi lain bisa dikembangkan dengan memanfaatkan potensi yang sudah terdata.

Kesiapan Manajemen

Yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan sebuah sistem, selain dari segi teknis, adalah manajemen. Banyak kasus kegagalan implementasi IT bukan karena kelemahan aplikasinya, tapi ketidaksiapan pelaksana atau pelaksanaannya. Sehingga agar sistem pemberdayaan potensi jamaah ini bisa berhasil dengan baik, diperlukan kerjasama yang seimbang antara dukungan manajemen dan kemampuan teknologi untuk mewujudkannya.

Kesiapan ini mencakup antara lain :
1. Ketersediaan data yang cukup dari jamaah, sesuai dengan tujuan pemataan.
2. Adanya program atau rencana yang jelas dalam memanfaatkan teknologi ini, misalnya :
 Pembentukan jaringan bisnis dalam jamaah
 Pemetaan potensi keahlian untuk program pemberdayaan wanita dan ibu rumah tangga
 Pembentukan jaringan distribusi antar jamaah. Baik untuk kegiatan bisnis, distribusi media, atau penyebaran bantuan
3. Adanya tim khusus yang memiliki tanggung jawab membangun, mengembangkan atau memelihara sistem ini terus-menerus dalam mendampingi pimpinan untuk membantu dalam pengambilan keputusan

Penutup

Sistem informasi pemetaan potensi ini sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh setiap lembaga yang memiliki SDM. Baik bidang pendidikan, dakwah, maupun pemerintahan. Hanya, karena tidak terlalu berwujud nyata, bidang-bidang seperti ini kurang mendapat perhatian. Berbeda seperti pembangunan gedung atau masjid yang jelas nyata-nyata bisa dilihat oleh mata kepala kita. Namun, pengembangan potensi adalah salah satu bentuk perwujudan akan pentingnya pendidikan, yang walaupun tidak begitu nyata, tapi sangat besar peranannya untuk perkembangan ummat di masa mendatang.

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua. Amiin.